Judul Buku :
Honeymoon Ala Backpacker
Penulis : Gol A Gong
Penerbit :
Pelangi Indonesia
Cetakan :
2014
Tebal :
196 Halaman
Masih jarang di
dunia ini ada seorang suami memberikan maskawin kepada sang istri dalam bentuk
lain. Meskipun awalnya hanya sebuah ungkapan atau sekadar
janji, baik disengaja maupun tidak disengaja. Namun, sebagai lelaki atau suami yang bahagia ketika melihat
istrinya bahagia, tentu janji itu akan ditepati. Hal itu mendorong Gol A Gong,
penulis buku Honeymoon ala Backpacker
(HAB) sekaligus sebagai suami ingin memberikan hadiah spesial untuk istrinya
(Tias Tatanka). Ya, Gong punya cita-cita mengajak Tias Tatanka bertualang
ke luar negeri.
Selama perjalanan ketujuh negara,
Gong merasakan perbedaan yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Sebab saat muda
dulu, Gong biasa bertualang seorang diri sehingga segala sesuatunya yang terjadi
harus diputuskan sendiri. Namun ini berbeda, Gong bertualang bersama wanita yang dicintai, Tias Tatanka, sehingga akan
ada perbedaan persepsi dalam menyikapi perjalanan tersebut. Tias lembut dan aku
keras. Tias selalu memakai perasaan, aku cenderung tergesa-gesa. Tias
mendambakan rumah yang indah, aku memimpikan debu jalanan. Kami sering
berkonflik tentang latar belakang sosial dan budaya (hal 3-4).
Perbedaan karakter antara dirinya
dengan sang istri juga membuat perjalanan ini terasa lebih menarik dan
istimewa. Apalagi ketika perjalanan berlangsung, tiba-tiba Gong harus
dihadapkan dengan kondisi emosional istri, seperti saat
merindukan anak-anaknya. Aku melihat Tias memejamkan mata. Aku tanyakan kabar
perasaannya. Jawabnya, masih terbayang wajah Odi dan Kaka. Aku tahu bahwa ini
bukan perjalanan mudah; melakukan perjalanan bersama istri ketujuh negara tanpa
berhenti selama empat puluh hari. Ini tentu masih kalah spektakuler dengan
Philipp Fogg dalam Mengelilingi Dunia
dalam 80 Hari. Tapi, tetap saja bertualang bersama istri membutuhkan
kesabaran khusus (hal 29-30).
Gong harus menerima konsekuensi tersebut. Sebab perjalanan ini sudah ia niatkan sebagai bentuk
kasih sayang kepada Tias. Selain itu, Gong memulai perjalanan bersama istri
bukan sekadar berjalan-jalan. Gong melakukan perjalanan bersama istri punya tanggung
jawab moral sebagai penulis dan Ketua Forum TBM Pusat, yakni bertualang sambil menjadi narasumber seminar atau pelatihan menulis dan membaca
di kantong-kantong komunitas literasi/TBM yang ada di tujuh negara itu. Dengan begitu
perjalanan ini selain mengusung misi pribadi, juga mengusung
pergerakan moral melawan kebodohan melalui literasi.
Dalam setiap perjalanan, Gong
memosisikan bukan hanya sekadar sebagai suami, tetapi partner sekaligus pramuwisata
untuk Tias Tatanka. Dalam buku HAB ini, Gong mengupas keunikan perjalanan bersama
istri di setiap negera yang dikunjungi. Seperti di India, Gong mengajak Tias
Tatanka menyusuri Sungai Gangga menggunakan perahu saat pagi masih berselimut
kabut. Di Taj Mahal, Gong mengajak Tias merasakan energi mencintai pasangan
hidup yang maha hebat. Ketika aku membawa Tias Tatanka ke Taj Mahal, terasa
sekali nilai universal itu. Semua bangsa, tidak peduli dia beragama apa, datang
ke Taj Mahal, ingin merasakan spirit maha dahsyat cinta Shah Jehan kepada
istrinya, Mumtaz Mahal (hal 129).
Kemudian di Arab Saudi, Gong dan
Tias Tatanka harus mengalami ketatnya petugas bandara saat buku-buku miliknya
harus “tersandera” di Bandara Jeddah International Ariport karena
ada pemeriksaan. Gong berupaya menjelaskan sambil
menenangkan diri agar buku-buku di dalam koper itu bisa lolos pemeriksaan. Ada
ketegangan bahkan Gong menatap Tias Tatanka juga tegang, tapi upaya itu
berhasil dilewati. Akhir yang manis saat Gong dan istrinya mengunjungi Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW
mendapatkan wahyu pertama, yakni iqra. Gong
merasakan betul spirit Rasulullah dalam mencerahkan umat dari zaman kegelapan
menuju zaman terang hingga kini.
Buku Honeymoon ala Backpecker karya Gol A Gong mengajarkan kita tentang
arti kasih sayang, kesungguhan, kesabaran, dan ketangguhan seorang
suami kepada istrinya dalam bingkai
sebuah perjalanan. Namun, untuk lebih memahami isi buku
tersebut, silakan para pembaca untuk membacanya. Semangat!
Kebonsirih,
10/9/14
(*Muhzen Den adalah alumni Prodi Diksatrasia FKIP Untirta dan relawan Rumah Dunia. Sekarang aktif bekerja menjadi editor bahasa di media nasional dan tinggal di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar