Jumat, 22 Januari 2010

TEROR FILM 2012


Entah kenapa, saya merasakan sesuatu yang tak nyaman menyaksikan film 2012 yang banyak orang membicarakan film tersebut sebagai film cerita ‘Kiamat’. Namun, bagi saya film tersebut saya anggap seperti film-film biasa, yang hanya memiliki kelebihan dengan menonjolkan sisi dramatis dan tragis dari segi permainan artistik latar tempat dan imajinasi peristiwa gempa. Sehingga adegan tersebut seakan-akan menghipnotis dan meneror emosi para penonton.

Ada yang tak sejalan dengan pemikiran dan persepsi saya, ketika mendengar dan menyaksikan pemberitaan-pemberitaan baik di media massa cetak dan elektronik tentang film 2012 itu. Berbagai pemberitaan atau komentar tentang film tersebut sebagai film cerita ‘Kiamat’ dan dihubung-hubungkan dengan ramalan suku Maya dari benua Amerika, tentang peristiwa yang akan meluluh-lantakkan bahkan meniadakan dataran bumi yang kita cintai ini.

Sungguh kabar tersebut tidak mengenakkan, bahkan membuat setiap orang bertanya-tanya terutama saya sebagai penonton serta penikmat film, sehingga lewat tulisan ini ingin berbagi perasaan, pemikiran dan persepsi yang masih berkumandang di sekitar kita tentang isu ‘kiamat’ di tahun 2012.

Bukan "Kiamat"
Saya rasa, semua umat manusia yang ada di bumi ini tak akan tahu kapan itu ‘kiamat’ terjadi. Bagi hemat saya, ‘kiamat’ adalah sebuah kabar rahasia yang hanya bisa diketahui dan dikehendaki oleh Sang Pencipta alam ini - Allah SWT. Sebab, hal semacam itu tidak sembarang orang atau manusia bisa mengetahuinya, bahkan kabar ‘kiamat’ ini benar-benar privasi milik Allah SWT.


Para Rasul dan nabi tak akan tahu kapan ‘kiamat’ akan terjadi. Mereka hanya diberitahukan lewat tanda-tanda saja yang dikait-kaitkan dengan peristiwa akhir massa tersebut. Seperti bencana alam, kematian manusia, perubahan tingkah laku manusia, dan kelahiran-kelahiran ajaib yang dialami penghuni bumi beserta isinya. Dari hal itulah, yang sampai saat ini dipahami dan diyakini oleh kaum muslim khusus berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam kitab suci.

Hubungannya dengan film 2012, bagi saya film tersebut hanya mengabarkan sebuah bencana alam besar yang akan terjadi di bumi. Namun menurut persepsi dan pemikiran saya tidak ada hubungannya dengan akhir peradaban hidup manusia di bumi. Apalagi saya melihat film tersebut hanya sebagai teguran atau peringatan kepada kita, agar tetap menjaga dan melestarikan alam ini, jangan sampai hancur dan rusak.

Strategi Politik Ekonomi
Setelah menoton film 2012 tersebut, saya menemukan sebuah analisa bahwa film tersebut merupakan sebuah promosi antarnegara Amerika Serikat, China, India dan Perancis. Saya melihat yang lebih menonjol dari film 2012 adalah kerjasama politik-ekonomi antar Amerika Serikat dan China, sebagai negara-negara adidaya di dua kawasan berbeda benua; Amerika dan Asia.

Dari adegan film tersebut jelas saya menemukan sebuah keganjilan, terutama ketika adegan dimana orang-orang digiring menuju pegunungan dan di sana terdapat tiga buah kapal laut atau kapal selam. Namun, yang menjadi titik dari analisa saya adalah di dalam adegan tersebut kental sekali kerjasama antar dua negara tersebut; Amerika dan China.

Nah, dari hal tersebut saya mengambil sebuah kesimpulan bahwa film 2012, yang banyak orang menggadang-gadangkan sebagai film cerita ‘kiamat’ dan dihubungkan dengan ramalan dari suku Maya di benua Amerika, merupakan sebuah strategi politik-ekonomi. Dan kita sebagai ummat muslim yang meyakini ajaran agama Islam dengan kitab suci Al-Quran, janganlah terlalu larut meyakini pemberitaan-pemberitaan ramalan suku Maya tentang ‘kiamat’ dan tak ada hubungannya dengan film 2012.

Film 2012 hanya sebuah promosi dari dua negara adidaya Amerika Serikat dan China dalam kerjasama politik-ekonomi, sehingga pemberitaan tentang film dan kaitannya dengan ramalan ‘kiamat’ 2012 hanyalah isapan jempol belaka. Film 2012 hanya sebuah teror bagi kita, bahwa hidup kita di bumi ini hanya sementara, dan janganlah semena-mena merusak, bahkan menghacurkan sesuatu yang ada di bumi ini. Jaga dan lestarikan!

(*Muhzen Den adalah mahasiswa Diksatrasia FKIP Untirta dan relawan Rumah Dunia.

IBU DAN GENERASI BANGSA


Kasih ibu
Kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya, menyinari dunia

Lirik lagu diatas tak asing di dengar oleh kita, karena semasa kecil dulu hingga beranjak dewasa kini, kita masih merekam dan memeragakan lagu tersebut lewat suara-suara. Memang lagu tersebut sangatlah membekas dan akan selalu terngiangdi telinga serta terus dikenang, karena lagu tersebut mengisahkan tentang kasih Ibu tiada tara yang dianalogikan dengan sinar mentari yang setiap hari menyinari bumi tanpa pernah berhenti dan memohon belas kasih.

Nah, hal itu sangatlah berkaitan dengan apa yang sudah Ibu lakukan kepada kita, baik selaku anak maupun sebagai suami. Ibu menjadi orang yang terus membayangi hidup kita dari sejak lahir hingga akhir hayat. Kasih Ibu tak pernah habis dan akan selalu menjadi idola di hati kita semua, karena Ibulah kita bisa menikmati kehidupan di dunia ini.

Mengingat dan merasakan betapa besar kasih Ibu yang diberikan kepada kita seakan tak bisa dibalas dengan apapun. Kita terkadang tak menyadari hal itu. Bahwa Ibu betapa sayang dan bersungguh-sungguh mencurahkan rasa kasihnya kepada kita. Namun, kita selalu saja salah menafsirkan apa yang sudah Ibu berikan kepada kita. Lupa akan jasa-jasanya yang luhur.

Jika kita memahami dan mengerti apa makna yang terkandung dari sesosok Ibu yang pernah kita kenal dan miliki. Mungkin kita akan tahu betapa besar rasa cinta Ibu kepada kita sebagai anak dari darah dagingnya. Ibu sudah rela dan merelakan segala jiwa dan raga demi kita. Tetapi kita pura-pura tak paham dengan apa yang telah Ibu lakukan kepada kita. Padahal kita tahu betapa besarnya perjuangan Ibu selama ini. Ibu tidak hanya berjuang di dalam lingkungan keluarga tetapi di luar lingkungan sosialnya.

Ibu menjadi sesosok makhluk yang dikirimkan oleh Tuhan (Allah) sebagai perantara kehidupan. Melalui rahim seorang Ibu (wanita) segala benih dari ayah menjelma manusia-manusia yang handal. Oleh karena itu, janganlah sia-siakan Ibu yang sudah mengandung kita selama sembilan bulan lamanya. Tanpa dia, kita bukan siapa-siapa.

PERAN IBU DALAM PENDIDIKAN
Sosok Ibu dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan pun manjadi penting. Sebab, dari Ibu segala tindak tutur, perilaku dan sikap serta moral anak diperolah tanpa sadar dan disadari, sehingga apa yang telah diajarkan oleh Ibu adalah sebuah pendidikan.

Ibu yang pintar adalah Ibu yang mampuh menempatkan diri waktu luangnya untuk kepentingan anak-anaknya. Maju-mundurnya dunia pendidikan di negeri ini berawal dari bagaimana Ibu mendidik anaknya? Oleh karena itu, dari Ibulah sesosok anak akan menjadi apa. Baik buruknya anak tergantung dengan sang Ibu merawat dan mendidiknya, sehingga sangatlah krusial jika peran Ibu tidak dianggap. Karena dari Ibulah pendidikan itu di mulai.

Memang, Ibu bukanlah siapa-siapa dan hanya manusia biasa. Tetapi, dari perlakuan dirinya terhadap anak dalam membentuk mental menjadi penting untuk diperhatikan. Jadi, peran Ibu dalam dunia pendidikan bukan sekadar Ibu yang hanya melahirkan lalu membesarkan saja. Tapi, Ibu menjadi peran penting dalam keharmonisan keluarga terutama menjadikan anak-anaknya yang pintar dan hebat melawan kerasnya kehidupan.

Jangan sepelekan peran Ibu. Tanpa Ibu kita tak pernah tahu bagaimana nasib kita dan anak-anak kita. Dari Ibulah bermula segala bentuk rasa kasih dan toleransi antarsesama terjadi. Tanpa dia, anak atau kita tak akan menjadi orang penting di segala bidang kedudukan.

Di sinilah, pendidikan moral tertanam dan terbentuk. Dari Ibu titik penting dalam membentuk dan menjadi generasi bangsa ini maju menyosong masa depan. Beberapa generasi telah lahir dan menjadi. Berkat siapa? Ibu. Ia menjadi perantara dari segala kehidupan dan kebangkitan sebuah generasi bangsa ini.

Meskipun menginjak dan semakin berkembangnya zaman yang diikuti dengan perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Tidak banyak Ibu yang menelantarkan anak-anaknya di asuh oleh para pembantu rumah tangga atau dititipkan ke panti asun. Yang seharusnya Ibu menjadi sosok penting dalam perkembangan mental dan pendidikan anaknya. Kini, semakin gencarnya isu-isu tentang emansipasi dan feminisme menjadikan Ibu sosok yang berjarak di mata anak dan keluarga. Mereka lebih senang berdekatan dengan lingkungan sosialnya, sehingga hancurnya rumah tangga menjadi problem yang harus dibenahi.

Bukan berarti melarang Ibu mengembangkan keterampilan dan wawasan pengatahuannya. Tetapi, lebih kepada peran Ibu yang menjadi bayang-bayang bagi anaknya serta menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangganya. Bukan mengabaikan dan menelantarkan anak dan keluarganya. Sehingga harus adanya saling berbagi peran supaya terjadi keseimbangan antara Ibu, Ayah dan anak.

Dalam hal pendidikan ini, peran Ayah juga harus bisa menjadi sosok yang penting juga dalam meringankan beban Ibu yang berlama-lama melakukan aktivitasnya di rumah dan lingkungan sekitar rumah. Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan tetap menjaga dan mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

HARI IBU
Berdasarkan ketetapan yang disampaikan oleh presiden Indonesia yang pertama yaitu, Ir. Soekarno dalam Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional. Tujuan diperingatinya Hari Ibu semata-mata untuk menghirmati semangat perjuangan para perempuan dalam memajukan kualitas bangsa. Maka, dari itulah tercermin semangat kaum perempuan (Ibu) dengan berbagai latar belakang bersatu untuk bekerja sama.

Hari Ibu diawali dengan bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandala Bhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Sejarah panjang tentang Hari Ibu yang telah terburai menjadi jejak penting dari kebangkitan kaum perempuan bangsa ini. Akan tetapi bukan emansipasi ataupun kesetaraan jender, melainkan semangat bersatu dalam membangun bangsa yang maju dan berkualitas. Selain itu juga, memperjuangkan segala bentuk isu yang sedang gencar tentang perbaikan gizi dan balita, kemiskinan, perdagangan perampuan dan lain sebaginya.

Oleh karena itu, Hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember 2009 tahun ini menjadi sebuah peringatan penting untuk Ibu. Peringatan dan perayaan ini biasanya dilakukan dengan membebas-tugaskankan Ibu dari tugas domestik sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya selama sehari. Dan ketika itu, peran Ayahlah yang menempati posisi itu mengganti peran Ibu sementara waktu.

Hari Ibu atau Mother Days (dalam bahasa Inggris) juga diperingati bukan hanya di Indonesia saja, tetapi di negara-negara lain seperti Asia, Eropa, Amerika dan Timur Tengah. Tetapi perayaan dan peringatan Hari Ibu di negara-negara lain berbeda waktunya dengan di Indonesia.

Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.

Selamat Hari Ibu! Semoga Ibu-ibu yang kita miliki tetaplah menjadi Ibu yang selalu penuh kasih dan sayang. Menjadi Ibu yang mahir menjaga kehormatan rumah tangga, pintar dalam pendidikan dan menciptakan generasi-genarasi bangsa yang hebat dalam menyosong masa depan. Ibu adalah tonggak penting kemajuan bangsa!

Tulisan ini pernah dimuat di Banten Raya Post edisi Desember 2009

(*Muhzen Den adalah alumni Prodi Diksatrasia FKIP Untirta Banten dan relawan Rumah Dunia.