Kamis, 25 Februari 2016

Pesan Khotbah Jumat


Foto dari internet
Khotbah Jumat (12/2) siang ini, membuat bulu kudukku meremang, tanganku basah keringat, dan jantungku berdetak lebih cepat. Bukan persoalan aku sedang kurang sehat, melainkan isi khotbah yang disampaikan Ustaz Drs. Fachrurroji dengan nada suara lantang tentang amalan-amalan dunia yang akan dipertanyakan di alam kubur. Terutama faidah-faidah yang dilakukan umat Islam yang akan terhindar dari siksa kubur.

Eka Nurul: Dari Sajira Mewakili Banten


Kegiatan Teacher Supercamp 2015: Guru Menulis Antikorupsi yang diadakan Komisi Pemberantasan Korupsi telah terpilih 25 guru mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Ke-25 guru tersebut selanjutnya akan dikarantina selama lima hari mulai dari 2 – 6 November 2015, di Lembang, Bandung, Jawa Barat, untuk diberi pelatihan oleh para juri yang berkompeten di bidangnya.

Dalam seminar “Membangun Generasi Jujur dan Berkarakter Melalui Literasi Antikorupsi” dan sekaligus pelepasan peserta Teacher Supercamp, pada Senin (2/11) di Aula Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta. Dengan narasumber Pemimpin KPK dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yang dimoderatori Dr. Firman Hadiansyah, M.Hum (Ketua Forum TBM Pusat) berlangsung dialogis. Pembicara dan peserta yang hadir saling merespon dalam sesi tanya-jawab sehingga seminar pun tampak meriah.

Seusai seminar selesai, inilah yang ditunggu-tunggu oleh 25 guru tersebut. Karena setelah ini adalah pembukaan sekaligus pelepasan peserta untuk menuju camp atau kemah pelatihan. Satu per satu nama-nama guru dari perwakilan provinsi dipanggil ke depan panggung sebagai simbolisasi pengalungan tanda peserta. Dari 25 guru tersebut, nama Eka Nurul (26), guru Bahasa Inggris di MTs Al Hasanah, Sajira, Kabupaten Lebak, mewakili Provinsi Banten dalam kegiatan tingkat nasional ini.

“Saya bangga bisa terpilih jadi peserta Teacher Supercamp ini. Tidak menyangka. Saya yang dari pelosok selatan Lebak bisa mewakili Banten pada acara nasional ini. Awalnya, saya tidak berpikir akan terpilih. Sebab ketika tahu ada  kegiatan ini pun, tahu dari teman. Tapi sayang, teman yang beritahu malah tidak ikut,” ujar Eka Nurul seusai sesi pembukaaan dan pelepasan selesai.

Menurut Eka Nurul, kompetisi semacam ini sangat bagus untuk para guru di seluruh Indonesia dan khususnya di Banten dalam meningkatkan kualitas pengetahun dan pengalamannya. “Sangat disayangkan, teman-teman guru di Banten kurang antusias dengan kegiatan ini. Padahal informasi ini tersebar di media sosial. Saya berharap jika ada acara semacam ini, guru-guru di Banten bergerilya mengikutinya,” kata Eka yang mengaku pernah mengikuti Kelas Menulis Rumah Dunia ke-22 ini.

Meskipun Eka Nurul hanya seorang dari perwakilan Provinsi Banten, tapi ia tetap semangat mengikuti karantina selama lima hari di Resort sanGria Lembang, Bandung, Jawa Barat. Eka berharap setelah mengikuti acara ini bisa menambah wawasan terkait menjadi sosok guru antikorupsi. Karena menurutnya, guru adalah orang pertama dalam menyampaikan pembelajaran moral kepada peserta didik agar kelak menjadi generasi yang kritis dan bermoral baik. (muhzen)


Kamis, 04 Februari 2016

IBU SEBAGAI TONGGAK BAHASA

Perkembangan ilmu teknologi tidak bisa dimungkiri terus merambah hampir seluruh penjuru dunia. Berbagai model benda canggih seakan telah menggantikan kebutuhan pokok primer kita dalam kehidupan ini. Buktinya, banyak sebagian orang tidak bisa lepas dari gadget yang terus membayangi ke mana pun mereka berada. Hal paling kecil, misalnya, ketika akan melaksanakan ibadah salat di masjid, tetapi ponsel tidak bisa lepas dari genggaman tangan atau saku kantong pakaian. Hal itu menandakan bahwa kita telah terhegemoni oleh modernitas sehingga berpengaruh, baik positif maupun negatif.