Semua orang tahu bahwa menulis
adalah aktivitas yang positif penuh kreativitas, karena aktivitas ini
menggerakkan organ tubuh secara ragawi dan rohani. Dengan menulis berarti kita
mengekspresikan diri lewat sebuah media bernama tulisan, dan dari tulisan
tersebut akan menarik minat orang untuk melihat atau membacanya.
Dari menulis tersebut, secara
tidak sadar dan tidak langsung dapat memengaruhi orang untuk berubah. Terserah
mau berubah kea rah mana? Mau yang berubah ke ara positif atau negatif. Itu
tergangtung dari jenis tulisan yang memengaruhi tersebut. Dan semua
dikembalikan kepada yang menulis dan membacanya.
Hubungannya dengan judul tulisan
di atas dengan apa yang sedang saya lakukan sangatlah erat dan saling berkaitan
satu sama lain. Bagiku menulis bukanlah kegiatan yang langka dan tidak popular,
karena semua orang pernah mengalaminya. Namun, dari hal sepele tersebut tak
jarang bahkan ini sudah menjadi fenomena kehidupan bahwa dengan menulis membuat
kita terkenal dan popular dikalangan masyarakat. Ya, seperti penulis-penulis
buku yang sudah melanglangbuana karya-karyanya.
Nah, jika menilik dari hal-hal
tersebut memang ada benarnya. Tapi, terkadang menulis iti tidak sembarang
menulis. Butuh kerja keras untuk menjadikan tulisan yang sedang kita tulis itu
bermanfaat dan di terima oleh pembaca. Selain itu, kita harus banyak
mempersiapkan hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan aktivitas
tulis-menulis, yakni membaca buku dan membaca informasi sebanyak-banyaknya,
untuk bekal berpikir kita dalam menuangkan tulisan. Ibarat motor, mesinnya
butuh bahan bakar minyak untuk menjalankan motor tersebut. Jadi, perlu kiranya
pra pelaksanaan dalam menulis.
Ekspresikan Diri
Mengapa saya menulis dan untuk
apa saya menulis? Pertanyaan itu sampai saat ini belum aku jawab secara tuntas
dan belum aku wujudkan secara benar, karena sering menunda-tunda dalam
melaksanakannya. Boleh dikatakan menulis menunggu mood, kalau tidak mood
ya, tidak menulis. Itu yang sering terjadi pada saya atau mungkin ini juga bisa
terjadi pada semua orang. Tetapi, jika bertekad dan berniat untuk menulis
sehingga mengabaikan mood tersebut,
mungkin akan menjadi penulis-penulis terkenal itu. Hehehehe….
Saya menulis puisi? Ya, entah
dari tahun kapan saya memulai menulis puisi. Tidak ada catatan penting yang
mendokumentasikan saya menulis puisi. Sebab, ketika itu, saya menulis dengan
apa yang saya rasakan saat itu. Misalnya ketika saya sedang jatuh cinta pada
pandangan pertama.
Waktu itu, saya menulis bukan
berupa puisi tapi surat
cinta untuk seorang gadis yang saya kagumi pada saat itu, sehingga mengalirlah
kata-kata yang bersumber dari hati laksana air yang jatuh dari keran menuju bak
mandi. Dari hal itu, saya lambat laun mulai mengenal beberapa jenis tulisan
seperti puisi, cerpen, essai dan novel. Namun, saya belum paham sampai saat ini
dengan jenis tulisan berupa puisi.
Menulis puisi membuat saya selalu
berkerut kening dan ingin segera menuntaskan derita pikir tersebut, dan
berpindah untuk menulis dengan jenis tulisan lain yang bukan puisi. Tetapi,
sebagian puisi yang pernah saya tulis, semuanya bernada melankolis (cengeng)
dan amburadul dari segi pemilihan kata. Oleh karena itu, setiap membaca puisi
dan menulis puisi saya selalu penasaran, “kenapa saya tidak paham-paham dengan
puisi?”
Dengan rasa penasaran itu, saya
menulis puisi seperti menulis potongan-potongan tulisan yang belum tuntas awal
dan akhir ceritanya. Kadang-kadang saya bisa menulis puisi dalam sehari bisa 5-7
puisi dengan pemilihan kata seenaknya saja. Dengan begitu, saya menulis puisi
seperti mengeluarkan sebagian diri saya untuk berekspresi, mengungkapkan
uneg-uneg yang tidak sampai diucapkan oleh mulut.
Dengan rasa penasaran dan
uneg-uneg yang tak sampai diungkapkan oleh mulut ini, saya berharap tidak
menyulitkan saya dan menghambat saya untuk tetap menulis puisi maupun menulis
tulisan yang lainnya. Sebab, kendala paling vital pada diri saya adalah malas
menulis dan mengerjakannya. Semoga bisa terbiasa dalam tekanan.(*)
(*Muhzen Den adalah alumni Prodi Diksatrasia FKIP Unitrta Banten dan relawan Rumah Dunia.
(*Muhzen Den adalah alumni Prodi Diksatrasia FKIP Unitrta Banten dan relawan Rumah Dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar