Kamis, 06 September 2012

MENULIS PUISI ADALAH EKSPRESI PERILAKU



Semua orang tahu bahwa menulis adalah aktivitas yang positif penuh kreativitas, karena aktivitas ini menggerakkan organ tubuh secara ragawi dan rohani. Dengan menulis berarti kita mengekspresikan diri lewat sebuah media bernama tulisan, dan dari tulisan tersebut akan menarik minat orang untuk melihat atau membacanya.

Dari menulis tersebut, secara tidak sadar dan tidak langsung dapat memengaruhi orang untuk berubah. Terserah mau berubah kea rah mana? Mau yang berubah ke ara positif atau negatif. Itu tergangtung dari jenis tulisan yang memengaruhi tersebut. Dan semua dikembalikan kepada yang menulis dan membacanya.

Hubungannya dengan judul tulisan di atas dengan apa yang sedang saya lakukan sangatlah erat dan saling berkaitan satu sama lain. Bagiku menulis bukanlah kegiatan yang langka dan tidak popular, karena semua orang pernah mengalaminya. Namun, dari hal sepele tersebut tak jarang bahkan ini sudah menjadi fenomena kehidupan bahwa dengan menulis membuat kita terkenal dan popular dikalangan masyarakat. Ya, seperti penulis-penulis buku yang sudah melanglangbuana karya-karyanya.

Nah, jika menilik dari hal-hal tersebut memang ada benarnya. Tapi, terkadang menulis iti tidak sembarang menulis. Butuh kerja keras untuk menjadikan tulisan yang sedang kita tulis itu bermanfaat dan di terima oleh pembaca. Selain itu, kita harus banyak mempersiapkan hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan aktivitas tulis-menulis, yakni membaca buku dan membaca informasi sebanyak-banyaknya, untuk bekal berpikir kita dalam menuangkan tulisan. Ibarat motor, mesinnya butuh bahan bakar minyak untuk menjalankan motor tersebut. Jadi, perlu kiranya pra pelaksanaan dalam menulis.

Ekspresikan Diri
Mengapa saya menulis dan untuk apa saya menulis? Pertanyaan itu sampai saat ini belum aku jawab secara tuntas dan belum aku wujudkan secara benar, karena sering menunda-tunda dalam melaksanakannya. Boleh dikatakan menulis menunggu mood, kalau tidak mood ya, tidak menulis. Itu yang sering terjadi pada saya atau mungkin ini juga bisa terjadi pada semua orang. Tetapi, jika bertekad dan berniat untuk menulis sehingga mengabaikan mood tersebut, mungkin akan menjadi penulis-penulis terkenal itu. Hehehehe….

Saya menulis puisi? Ya, entah dari tahun kapan saya memulai menulis puisi. Tidak ada catatan penting yang mendokumentasikan saya menulis puisi. Sebab, ketika itu, saya menulis dengan apa yang saya rasakan saat itu. Misalnya ketika saya sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.

Waktu itu, saya menulis bukan berupa puisi tapi surat cinta untuk seorang gadis yang saya kagumi pada saat itu, sehingga mengalirlah kata-kata yang bersumber dari hati laksana air yang jatuh dari keran menuju bak mandi. Dari hal itu, saya lambat laun mulai mengenal beberapa jenis tulisan seperti puisi, cerpen, essai dan novel. Namun, saya belum paham sampai saat ini dengan jenis tulisan berupa puisi.

Menulis puisi membuat saya selalu berkerut kening dan ingin segera menuntaskan derita pikir tersebut, dan berpindah untuk menulis dengan jenis tulisan lain yang bukan puisi. Tetapi, sebagian puisi yang pernah saya tulis, semuanya bernada melankolis (cengeng) dan amburadul dari segi pemilihan kata. Oleh karena itu, setiap membaca puisi dan menulis puisi saya selalu penasaran, “kenapa saya tidak paham-paham dengan puisi?”

Dengan rasa penasaran itu, saya menulis puisi seperti menulis potongan-potongan tulisan yang belum tuntas awal dan akhir ceritanya. Kadang-kadang saya bisa menulis puisi dalam sehari bisa 5-7 puisi dengan pemilihan kata seenaknya saja. Dengan begitu, saya menulis puisi seperti mengeluarkan sebagian diri saya untuk berekspresi, mengungkapkan uneg-uneg yang tidak sampai diucapkan oleh mulut.

Dengan rasa penasaran dan uneg-uneg yang tak sampai diungkapkan oleh mulut ini, saya berharap tidak menyulitkan saya dan menghambat saya untuk tetap menulis puisi maupun menulis tulisan yang lainnya. Sebab, kendala paling vital pada diri saya adalah malas menulis dan mengerjakannya. Semoga bisa terbiasa dalam tekanan.(*)

(*Muhzen Den adalah alumni Prodi Diksatrasia FKIP Unitrta Banten dan relawan Rumah Dunia. 




Tidak ada komentar: